Gunungkidul : 23/1/2023. Rasa sedih, gembira dan haru bercampur jadi satu, itu ungkapan seorang guru ngaji yang masa tugasnya telah selesai, Ma’ruf Khoiri panggilan sehari harinya Ustat Khoiri beliau lahir di Mojogedang Karanganyar Jawa Tengah 22 tahun yang lalu, Ustat Khoiri bertugas sebagai guru ngaji di masjid Al-Huda PAC Watugajah tepatnya di Padukuhan Plasan Kalurahan Watugajah Kapanewon Gedangsari dari September 2021 hingga Januari 2023 tepatnya tanggal, 21 Januari 2023 ia berpamitan pulang.
Ma’ruf Khoiri selesai tugas mengajar berpamitan pulang untuk melanjutkan tugas baru meneruskan cita-cita yang masih terangan-angan dibenak seorang Ustat, “ saya mengucapkan terima kasih kepada bapak ibu masyarakat di Padukuhan Plasan khususnya Rt.05/04 yang telah membantu kelancaran tugas saya sebagai guru ngaji, apabila selama dalam menjalankan tugas kurang berkenan di hati bapak ibu saya mohon maaf ungkapnya di hadapan jamaah masjid AL-Huda ketika berpamitan pulang.
Menurut Ketua Rukun Tangga (RT) setempat Sukimin “ masyarakat kususnya Jamaah Al-Huda sangat berterimaksih kepada Ustat. Khoiri yang selama tugasnya sangat membantu warga Rt.05/04 sehingga tentang pemahaman agama budi pekerti yang luhur tertanam kepada masyarakat dengan baik ungkap ketua RT”.
Masih menurut ketua RT “tak sedikit warga yang merasa kehilangan sosok seorang panutan bagi generasi seusianya, seorang guru ngaji yang sudah dianggap seperti keluarganya sendiri, kami berharap bila suatu saat nanti ingin bertugas kembali sebagai guru ngaji, berharap bisa ditempatkan lagi disini harapnya”.
Sementara itu Ketua PC Gedangsari Sukino ketika dihubungi media menyatakan “Kami mengucapkan terimakasih kepada Mas Ustat yang selama ini telah bertugas di PC Gedangsari sehingga pada saat ini pula telah menyelesaikan tugasnya dengan baik kami segenap jajaran kepengurusan PC LDII Gendangsari mengucapkan terima kasih kepada mas Ustat Ma,ruf Khoiri katanya”
Ia merasa kehilangan sekali ungkapnya dalam wawancara melalui sambungan telepon “dengan berakhirnya masa tugas Ustat Khoiri kami dan jajaran merasa kehilangan, sebab dalam masa tugas dengan jangka waktu tertentu seorang Ustat sudah dianggap sebagai anak dan keluarga sendiri sehingga rasa kehilangan terhadap seorang Ustat sebagai guru ngaji baik di internal organesasi maupun kepada masyarakat sangat luar biasa pungkasnya” (masginowe).