Jakarta (1/2/2023). Seabad usia Nahdlatul Ulama (NU) memberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap perjalanan bangsa dan negara Indonesia. NU menjadi inspirasi bagi ormas-ormas Islam lain termasuk LDII, dalam berkontribusi terhadap bangsa.
Hal tersebut dinyatakan oleh Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso, “Selamat atas pencapaian NU selama seabad berkiprah dalam mewujudkan masyarakat madani. Ibarat perahu, NU merupakan kapal yang tangguh dengan nakhoda istimewa. Sehingga mampu melewati zaman pergerakan, revolusi, hingga lahirnya Indonesia modern,” tutur KH Chriswanto.
Ia mengapresiasi pernyataan Ketua Pelaksana Harlah Seabad Harlah NU, Zannuba Arifah Chafshoh (Yenny Wahid) mengenai tiga agenda besar NU: renainsans (kebangkitan peradaban baru), kontekstualisasi dari berbagai macam gerakan yang menjadi dasar NU, dan kepemimpinan dunia yang mengakar pada tradisi, tetapi tetap berkiprah di skala global.
Menurut KH Chriswanto, tiga agenda utama NU tersebut sangat relevan dengan kondisi umat Islam pada milenium kedua, “Teknologi makin canggih tapi tidak selalu menjadikan moralitas manusia kian beradab. Ini menjadi tantangan dalam membangun sisi religi bangsa Indonesia,” ujarnya.
Akibatnya bangsa Indonesia bisa kehilangan arah, dan NU memikirkan hal tersebut, “Pemikiran NU untuk mengkontekstualisasi gerakan, mampu memberi solusi agar menyentuh masyarakat bawah sehingga tidak menjadi korban benturan peradaban,” tutur KH Chriswanto.
Sementara geopolitik global yang kian terpolarisasi dan mengancam eksistensi umat manusia, juga menjadi pehatian NU. Sebagai ormas yang memiliki SDM mumpuni dan memiliki resonansi yang kuat, suara NU akan memberi daya dorong yang kuat agar bangsa Indonesia kembali berperan dalam ketertiban dunia.
“Dengan kondisi dunia yang berpengaruh terhadap bangsa Indonesia, NU menjadi pembuka jalan lahirnya peradaban baru yang diridhoi Allah,” pungkas KH Chriswanto.
Senada dengan KH Chriswanto Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ubaidah Kertosono Habib Ubaidillah Alhasany mengatakan, NU sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, kontribusinya luar biasa terhadap bangsa dan negara. Terutama dalam sikap toleransi beragama, kebersamaan, persatuan dan kesatuan.
“NU punya andil sangat besar dalam mengisi kemerdekaan Indonesia karena pejuang-pejuang kemerdekaan terbanyak adalah dari kalangan pesantren. Tentunya sebagai komandannya adalah kiyai-kiyai itu sendiri,” ungkapnya.
Menurut Habib Ubaid, sapaan akrabnya, NU selalu meng-update program kerja, baik pembinaan umat secara umum maupun program pembinaan anak-anak bangsa di pondok pesantren.
“Kami dari LDII secara pribadi dan institusi di Ponpes Al-Ubaidah Kertosono ini merasa iri dengan Nahdiyin terutama pembinaan pondok pesantren yang luar biasa, meskipun dengan pondok tradisional tapi hasilnya sangat luar biasa,” ujarnya.
Menurutnya, LDII ingin banyak belajar dari NU sebagai saudara tua, khususnya dalam memanajemen program-program yang luar biasa, dan dapat dirasakan oleh seluruh umat.
Ia berharap, NU terus menjadi yang terdepan dalam upaya menjaga ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah, dan ukhuwah basyariah, “Terutama menjaga hubungan erat dan harmonis dengan LDII, termasuk Ponpes Al-Ubaidah Kertosono,” pungkasnya.